Ia mengungkapkan, akibat ketidakjelasan lanjutan kompetisi sejak Oktober 2020, klub mengalami banyak kerugian.
Yang pertama, perencanaan keuangan Macan Putih, julukan Persik kediri, kacau dan tidak bisa dirumuskan.
Kedua, dari rilis yang diterima Skor.id, tanggung jawab terhadap mitra sponsor juga tidak dapat dipertanggungjawabkan.
"Kami kesulitan membuat perencanaan dan program selama kompetisi berhenti tanpa kepastian," ucap Abdul Hakim Bafagih.
Kerugian Persik lainnya, atau yang ketiga, adalah potensi tuntutan pemain dan Pelatih (juru taktik) kepada klub.
Terakhir, menurut Lelaki yang juga anggota Komisi X DPR RI Fraksi Partai PAN itu, akibat penundaan yang terlalu lama, semangat bermain sudah tidak ada.
"Kami tahu, Sepakbola Indonesia sudah berkembang menjadi lebih baik. Sekarang sudah dikelola swasta dan tidak lagi mengandalkan APBD," ujarnya.
"Tetapi, meski sudah mandiri, klub sangat bergantung pada federasi (PSSI) dan operator liga ( PT Liga Indonesia Baru (LIB)). Itu yang harus dipahami," ia menambahkan.
Karenanya, sejak jauh-jauh hari, Abdul Hakim Bafagih telah meminta PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) tegas menentukan status kompetisi. Dilanjutkan atau dihentikan.