Kabur Dari Rumah Demi Mimpi Jadi Pemain Sepak Bola
Liga123 - Di usia 15 tahun, selepas lulus SMP, Ali Sunan melangkah keluar dari rumahnya di Paciran, Lamongan. Ali kabur ke Jakarta. Untuk mengejar mimpinya.
Dan mimpi itu tak seperti mimpi kebanyakan perjalanan orang Lamongan yang merantau. Ali ke Jakarta tak hendak bekerja atau berjualan pecel lele atau soto Lamongan. Dia kabur dari rumah demi Sepakbola. Untuk merealisasikan cita-citanya menjadi pemain Sepakbola.
Orang tuanya pun bingung. Ali dicari kemana-mana. Tapi, hasilnya nihil. โSaya pergi dari rumah tahun 1985 dan meneguhkan diri dalam hati kalau saya tidak akan pulang sebelum masuk televisi,โ ungkapnya lantas tertawa saat kami berbincang di suatu sore di sudut Kota Surabaya.
Sejak kecil Ali memang bermimpi menjadi pemain Sepakbola. Hari-harinya di kampung halaman pun tak pernah lepas dari Sepakbola. Setiap hari dia bermain Sepakbola. Dan laki-laki kelahiran 1 November 1970 itu sangat yakin dengan kemampuannya. Juga sangat yakin bisa mewujudkan mimpinya.
Karena itu, dia nekat berangkat ke Jakarta. Seorang diri.
Persija Jakarta yang jadi jujukannya. โSaat di Jakarta, setiap bulan saya selalu kirim surat ke Lamongan. Dalam setiap surat saya itu selalu saya tulis kalau saya tidak akan pulang sebelum masuk televisi,โ ujarnya.
Sebab, dari Persija junior itu, Ali lantas terpilih masuk tim Coca Cola yang berlatih di Brasil. Tim yang kemudian mewakili Indonesia di Piala Coca Cola atau pelajar Asia pada tahun 1988. Tim itu akhirnya memungkasi pertandingan sebagai juara Asia. Ya, juara Asia. Dan nama Ali Sunan dinobatkan sebagai pemain terbaik. Dari sana namanya mulai dikenal dan semakin dikenal publik Sepakbola Indonesia.
Gelar juara, juga pemain terbaik yang direngkuhnya pun tak cukup itu. Setelahnya Ali juga merasakan gelar juara Galakarya dan Liga Indonesia. Dan seperti saat gelaran Piala Pelajar Asia, Arek Lamongan itu juga dinobatkan sebagai pemain terbaik ketika mengantarkan Tim yang dibelanya menjadi juara.
Gelar juara dan pemain terbaik Liga Indonesia pun terasa sangat istimewa baginya. Sebab, saat meraihnya pada musim 1998/1999 silam, Ali mendapatkannya dengan menyandang ban. Kala itu dia menjadi dirijen permainan PSIS.
Dan semua cerita sukses itu bermula dari kenekatannya pergi dari rumah saat usianya masih sangat muda. Saat dirinya kabur ke Jakarta untuk mengejar mimpinya.
Dan dari cerita kenekatan Ali tersebut terlihat jelas ada jiwa Lamongan yang melekat pada dirinya. Jiwa yang tak pernah takut merantau yang selama ini begitu melekat pada orang-orang Lamongan.